Mengenai ini, dirinya berpikir bahwa tugas dan fungsi Presiden sebagai Panglima Tertinggi tidak memerlukan atribut dan harus bisa dilaksanakan tanpa itu. Secara konstitusi sudah jelas pula, Presiden itu memegang kekuasaan tertinggi Angkatan Perang.
Dus, sudah secara otomatis dan tidak perlu ditonjolkan dengan atribut, pakai tanda pangkat jenderal dan sebagainya. Dengan ini, Soeharto ingin menunjukkan bahwa tanpa atribut, tanda pangkat, bendera, dan sebagainya itu, secara konstitusi Presiden itu sudah kuat.
Tanpa sebutan Panglima Tertinggi dalam konstitusi, memang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Perang kita berada di tangan Presiden. Dengan sikapnya itu, Soeharto ingin menunjukkan bahwa tanpa pangkat jenderal pun Presiden bisa memegang komando Angkatan Perang.
Presiden Soeharto bercerita tentang asal usulnya. Dia menegaskan jika dirinya adalah orang desa, bukan keturunan ningrat.
Dalam buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, Otobiografi yang diterbitkan PT Citra Kharisma Bunda, presiden kedua RI ini bercerita panjang lebar.
Ingatannya tentang perjalanan hidup ini bermula ketika berumur tiga tahun. Waktu itu Soeharto sudah bersama Mbah Kromodiryo, dukun yang biasa menolong orang melahirkan. Nama panggilannya adalah Mbah Kromo, adik kakek Soeharto, mbah Kertoirono.
Beliaulah yang menolong ibunda Soeharto yang bernama Sukirah sewaktu melahirkan pada 8 Juni 1921, di rumah yang sederhana, di Desa Kemusuk, dusun terpencil, daerah Argomulyo, Godean, sebelah barat kota Yogyakarta.
Ayah Soeharto yang bernama Kertosudiro, adalah ulu-ulu, petugas desa pengatur air, yang bertani di atas tanah lungguh, tanah jabatan selama beliau memikul tugasnya itu. Beliau yang memberi nama Soeharto.
SOEHARTO merupakan sosok pemimpin yang banyak mewarnai kehidupan bangsa ini. Terlepas dari permasalahan politik yang membawa namanya, namun Presiden Kedua RI ini tetaplah seorang tokoh pembawa perubahan besar bagi Indonesia.
Mendiang Soeharto tak bisa dilepaskan dari kehidupan spiritual Jawa. Falsafah Jawa selalu dijunjung tinggi dan menjadi landasannya dalam setiap pengambilan keputusan saat memimpin bangsa ini hampir selama 32 tahun.
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ada beberapa tempat yang turut mengiringi kehidupan Jenderal Besar tersebut. Di tempat ini Soeharto banyak meninggalkan cerita yang menarik untuk diketahui. Berikut lokasi-lokasi dimana Soeharto pernah berada di sana.
Baca juga:
Dusun Kemusuk
Di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul inilah Soeharto dilahirkan pada 8 Juni 1921. Soeharto dilahirkan oleh seorang ibu bernama Sukirah.