Stay updated with breaking news from Virgin plot. Get real-time updates on events, politics, business, and more. Visit us for reliable news and exclusive interviews.
JAKARTA - Selain berhubungan dagang dan menjalin persahabatan dengan negara-negara asing, sejarah berdirinya Majapahit juga tidak lepas dari keberadaan orang-orang Tatar. Tujuan orang-orang Tartar datang ke Pulau Jawa, adalah untuk menghukum Raja Jawa yaitu Kertanegara, yang telah melukai wajah utusan Kaisar Kublai Khan. Pada Kitab Pararaton disebutkan, cerita Raden Wijaya yang bersekutu dengan tentara Tartar untuk melawan Jayakatwang di Daha. Baca juga: Berikut kutipan Kitab Pararaton pupuh VI yang berhubungan dengan hal tersebut, seperti dikutip dari buku Majapahit, Batas Kota dan Jejak Kejayaan di Luar Kota , editor Prof Dr Inajati Adrisijanti yang diterbitkan Kepel Press, 2014 : “.sakawulanira. Raden wijaya angajak ing sira wiraraja amerepeng daha. Sirawiraraja anayuti, angucap ing utusan: aja geru, hana upayanisun manih, matura sira ki pangalasanira ring sira pangeran, isun amitra lawan sang satu ring tatar, isun tawanane rajaputri, sira ta kaki pa ....
Dari Prasasti Mula-Malurung diketahui, Sri Kertanagara adalah putra pasangan Jayawisnuwardhana dengan Nararya Waning Hyun; Nararya Waning Hyun adalah putri Bhatara Parameswara (Mahisa Wong Ateleng). Raden Wijaya adalah putra pasangan Rakyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal. Ayahnya adalah putra Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda Galuh, sedangkan ibunya adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singhasari. Mahisa Wonga Teleng adalah tokoh dalam Pararatob yang merupakan putra dari Ken Arok, pendiri kerajaan Tumapel (atau lebih terkenal dengan nama Singhasari). Tokoh ini merupakan ayah dari Narasinghamurti leluhur raja-raja Majapahit. Tokoh Mahisa Wonga Teleng hanya terdapat dalam Pararaton. Sementara itu dalam prasasti Mula Manurung ditemukan nama Bhatara Parameswara raja Kadiri yang diduga identik dengannya. Prasasti ini dikeluarkan oleh cucunya dari pihak ibu yang bernama Kertanegara tahun 1255. ....
JAKARTA - Dalam tradisi kerajaan di nusantara, ratu perempuan bukan sesuatu yang baru. Tercatat ada nama Ratu Shima di Kalingga dan Ratu Kalinyamat di Jepara. Kerajaan Majapahit juga memiliki Ratu wanita. Majapahit juga banyak dipengaruhi oleh tokoh wanita dibalik layar seperti Gayatri, istri pendiri Majapahit, Raden Wijaya. Dalam Negarakretagama diceritakan , Dyah Dewi Gayatri Kumara Rajassa adalah putri bungsu dari empat orang anak perempuan Krtanagara, Raja Agung Singhasari. Gayatri selamat dari penyerangan besar-besaran yang dilakukan oleh pasukan Jayakatwang dari Kerajaan Kediri ke Singhasari pada 1292 yang menewaskan ayahanda dan ibundanya. Kediri akhirnya ditaklukkan oleh raden Wijaya pada 29 April 1293, Gayatri diselamatkan oleh Raden Wijaya dan dibawa ke Majapahit. Kemudian setelah dinobatkan menjadi raja Majapahit, Wijaya yang bergelar Krtarajasa Jayawardhana mempersunting Gayatri dan menganugerahinya gelar Rajapatni atau Pendamping Raja. ....