comparemela.com

Latest Breaking News On - Trace struggle abbot - Page 1 : comparemela.com

Menelusuri Perjuangan KH Abbas Buntet (I)

Semasa anak-anak, KH Abbas Bunter belajar mengaji pertama-tama dari sang ayah dan KH Kriyan Buntet. Masa remajanya tercurah untuk menimba ilmu dari pesantren ke pesantren. Di antara guru-gurunya saat itu adalah KH Nasuha Sukansari (Plered), KH Hasan Jatisari (Weru), dan KH Ubaidah (Tegal). Dia juga pernah belajar di Pesantren Tebuireng (Jombang) di bawah bimbingan KH Hasyim Asyari. Sembari menjadi santri, dia menikah dengan seorang perempuan. Sebagaimana generasi ulama besar nusantara abad ke-19, dia menggunakan kesempatan beribadah haji sebagai momentum bermukim di Tanah Suci demi menimba ilmu. Teman-teman seangkatannya dari Indonesia adalah KH Baqir (Yogyakarta), KH Abdillah, dan KH Wahab Hasbullah (Surabaya). Di Masjid al-Haram, dia berguru pada antara lain Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Ahmad Zubaidi, dan Syekh Mahfudh at-Termasi.

Menelusuri Perjuangan KH Abbas Buntet (II-Habis)

Ultimatum ini ditolak mentah-mentah rakyat seluruhnya. Mereka lebih memilih mati berjuang daripada ditindas kembali. Menjelang pertempuran 10 November 1945 itu, di Cirebon KH Abbas juga sudah mulai memobilisasi massa, terutama dari kalangan santri. Dia memberikan komando untuk ikut dalam barisan perjuangan rakyat Indonesia di Surabaya. Dia sendiri ikut terjun dalam kancah perang besar ini. Orator ulung, Bung Tomo, bisa dikatakan anak didiknya dalam semangat perjuangan. Ditilik ke belakang, peristiwa historis tersebut merupakan efek dari Resolusi Jihad yang digagas para kiai sebelumnya dalam pertemuan Nahdlatul Ulama di Surabaya, pada Oktober 1945. KH Abbas juga turut menghadiri acara yang merumuskan fatwa jihad tersebut. Demikianlah, Kiai Abbas selalu mengajarkan dan memberikan contoh kepada para santrinya agar mencintai Tanah Air. 

© 2025 Vimarsana

vimarsana © 2020. All Rights Reserved.