Toilet Ramah Lingkungan Di Korea Selatan Ubah Kotoran Manusia Menjadi Listrik Dan Mata Uang Digital
Zaris Nur Imami Ilustrasi - toilet ramah lingkungan /Pexels LINGKAR KEDIRI - Hal unik terjadi di Korea Selatan.
Pasalnya ketika seseorang ke toilet maka akan mendapatkan kopi dan pisang.
Hal ini berlaku di salah satu Universitas Korea Sealatan.
Dimana dikampus ini kotoranmanusia digunakan untuk membantu untuk memberi daya listrik pada bangunan.
Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah merancang toiletramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet tersebut dinamakan BeeVi yang menggunakan pompa vakum untuk mengirim kotoran ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air.
Mengutip
Reuters, Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet BeeVi - gabungan kata lebah dan penglihatan - menggunakan pompa vakum untuk mengirim tinja ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air. Di sana, mikroorganisme memecah limbah menjadi metana, yang menjadi sumber listrik untuk bangunan itu, memasok gas untuk kompor gas, pemanas air, dan sel bahan bakar oksida padat. Jika kita berpikir dengan perspektif baru, tinja memiliki nilai berharga untuk memproduksi energi dan pupuk. Saya memasukkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis, kata Cho seperti dikutip oleh
Ketika Kotoran Manusia Menghasilkan Listrik dan Bisa Menggerakkan Mobil
Diperbarui 11 Jul 2021, 15:00 WIB
14
Ilustrasi Toilet (pixabay.com)
Liputan6.com, Jakarta - Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (Ulsan National Institute of Science and Technology/UNIST), merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium menggunakan kotoran manusia untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet berjuluk BeeVi gabungan kata lebah dan penglihatan menggunakan pompa vakum untuk mengirim kotoran ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air.
Baca Juga Jika kita berpikir
out of the box, kotoran manusia memiliki nilai yang sangat berharga untuk dijadikan energi dan pupuk. Saya memanfaatkan nilai ini ke dalam sirkulasi ekologis, kata Cho sebagaimana dilansir
Ditangan Seorang Profesor, Kotoran Manusia Diubah Jadi Energi Listrik dan Uang Digital
Kotoran manusia bisa menghasilan energi listrik. Karya itu berhasil diciptakan oleh seorang profesor di Korea Selatan menciptakan sebuah toilet
Minggu, 11 Juli 2021 14:35 Editor:
TRIBUNSUMSEL.COM/ABRIANSYAH LIBERTO
Salah satu pencipta toilet tersebut yang juga ahli teknik perkotaan dan lingkungan mengungkapkan, rata-rata kotoran satu orang per hari bisa menjadi tenaga bagi mobil sejauh 56,3 km.
TRIBUNSUMSEL.COM - Kotoran manusia bisa menghasilan energi listrik.
Karya itu berhasil diciptakan oleh seorang profesor di Korea Selatan menciptakan sebuah toilet yang mampu mengubah kotoran menjadi energi.
Toilet tersebut diciptakan oleh Profesor dari Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Nasional Ulsan.
Toilet di Korea Selatan Olah Tinja Jadi Listrik dan Mata Uang Digital
10/07/2021
Seorang karyawan dari perusahaan layanan desinfeksi membersihkan toilet Stasiun Kereta Api Seoul di Seoul, Korea Selatan, 25 Februari 2020. (Foto: REUTERS/Kim Hong-Ji)
Teruskan
share
Print
Dengan buang hajat di toilet, Anda dapat membeli kopi atau pisang di sebuah universitas di Korea Selatan yang mengolah kotoran manusia menjadi listrik untuk menerangi gedung.
Cho Jae-weon, seorang profesor teknik perkotaan dan lingkungan di Institut Sains dan Teknologi Nasional Ulsan (UNIST), telah merancang toilet ramah lingkungan yang terhubung ke laboratorium yang menggunakan kotoran untuk menghasilkan biogas dan pupuk kandang.
Toilet BeeVi - gabungan kata lebah dan penglihatan - menggunakan pompa vakum untuk mengirim tinja ke tangki bawah tanah, sehingga mengurangi penggunaan air. Di sana, mikroorganisme memecah limbah menjadi metana, yang menjadi sumber listrik untuk bangunan itu, memasok gas untuk kompo