SRAGEN Sebatang pohon trembesi berdiameter 1,5 meter berdiri di tepi Bengawan Solo di Dukuh Butuh, Desa Cemeng, Kecamatan Sambungmacan, Sragen. Pohon berumur ratusan tahun itu memiliki akar besar-besar dan menjalar ke mana-mana.
Di bawah pohon itu terdapat kedung yang dikenal dengan sebutan Kedung Tingkir. Pohon itu dipercara warga setempat sebagai punden dan menjadi tempat untuk upacara bersih desa setiap habis panen raya.
Dukuh Butuh dihuni sekitar 25 keluarga. Dukuh itu hanya merupakan wilayah satu RT, yakni RT 005/RW 002 Butuh. Lokasi dukuh itu cukup unik karena berada di perlintasan Sungai Bengawan Solo yang membentuk huruf U.
Dukuh Butuh tersebut dipercaya ada kaitannya dengan Dukuh Butuh di desa lain lantaran di Sragen ditemukan lima Dukuh Butuh yang lokasinya sama-sama berada di sekitar aliran Bengawan Solo, yaitu: Dukuh Butuh, Desa Gedongan, Plupuh; Dukuh Butuh, Desa Karangudi, Ngrampal; Dukuh Butuh, Desa Cemeng, Sambungmacan; Dukuh Butuh, Desa Dawung, Jenar; dan Du