Sabtu, 03 Juli 2021 06:13 WIB
Waktu Baca 4 menit
Foto : AFP/JEFF PACHOUD
BELAJAR DI SEKOLAH l Anak-anak di Afghanistan berlari menuju sekolah mereka pada September 2020 lalu. Seiring dengan penarikan pasukan AS dan NATO, kaum perempuan di Afghanistan merasa ketakutan akan masa depan pendidikan di negerinya.
A A A Pengaturan Font
Ketika pasukan Amerika Serikat (AS) dan NATO menarik diri dari Afghanistan, tiga perempuan dari tiga generasi membagikan pendapat mereka tentang ketakutan akan masa depan. Mereka itu adalah seorang guru berpengalaman, lulusan universitas, dan siswa sekolah, yang semuanya menggambarkan bagaimana selama pandemi mereka tidak hanya harus berjuang melawan kesenjangan digital, tetapi juga ketidaksetaraan gender, dan konflik.
Namun kelompok militan itu mengatakan mereka tidak lagi menentang pendidikan anak perempuan. Baik laki-laki maupun perempuan harus memiliki akses ke pendidikan dan itu sangat penting. Tapi lingkungan khusus dan aman harus disiapkan untuk perempuan dan guru perempuan akan ditugaskan,” terang juru bicara Zabihullah Mujahid saat berbicara kepada BBC atas nama Taliban.
Namun, bagi banyak pendukung hak-hak perempuan termasuk Shahla, ada ketakutan besar, akses pendidikan perempuan akan ditutup lagi.
Saat ini, Shahla, berusia 60 tahun menjelaskan bagaimana dia membuka sekolah rahasianya sendiri untuk anak perempuan di tahun 1970-an, ketika Taliban telah menguasai seluruh negeri.
Murid-muridnya berusia antara sembilan dan 10 tahun, yang kebanyakan belajar dengan mengenakan burka biru tradisional.
Kisah Guru yang Banyak Didik Perempuan Walau Diteror Taliban viva.co.id - get the latest breaking news, showbiz & celebrity photos, sport news & rumours, viral videos and top stories from viva.co.id Daily Mail and Mail on Sunday newspapers.