comparemela.com

Latest Breaking News On - Sunan pakubuwana - Page 1 : comparemela.com

Berlangsung Sengit, Ini Kisah Peristiwa Geger Pecinan yang Terjadi di Kartasura

Berlangsung Sengit, Ini Kisah Peristiwa Geger Pecinan yang Terjadi di Kartasura
merdeka.com - get the latest breaking news, showbiz & celebrity photos, sport news & rumours, viral videos and top stories from merdeka.com Daily Mail and Mail on Sunday newspapers.

4 Fakta Sejarah Keraton Kartasura, Dulunya Ibu Kota Kerajaan Mataram

Kamis, 22 Juli 2021 07:30 Reporter : Shani Rasyid Kraton Kartasura. ©2021 Liputan6.com Merdeka.com - Pada abad ke-17, daerah Kartasura yang kini secara administratif masuk Kabupaten Sukoharjo, merupakan Ibu Kota Kerajaan Mataram Islam. Kartasura dipilih untuk menjadi Ibu Kota Mataram setelah meletusnya Pemberontakan Trunajaya yang terjadi di Plered, Ibu Kota Mataram sebelumnya. Setelah pemberontakan itu berakhir dan pihak Kerajaan Mataram berhasil menangkap Trunajaya, Sunan Amangkurat II yang saat itu menjadi Raja Mataram, memerintahkan Pangeran Nerangkusuma membuka Hutan Wanakerta untuk dijadikan kawasan pemukiman. Seiring berjalannya waktu, wilayah itu semakin besar dan menjadi Ibu Kota Kerajaan Mataram. Selama pusat pemerintahan berada di Kartasura, pemberontakan demi pemberontakan terjadi hingga akhirnya pusat Kerajaan Mataram kembali berpindah di sebuah daerah yang hingga kini dinamakan Surakarta.

Serat Centhini, Kamasutra versi Jawa yang Mengupas Posisi Bercinta : Okezone Nasional

SEORANG kontributor sebuah surat kabar Prancis, Elizabeth D. Inandiak menerjemahkan serat centhini ke dalam bahasa Prancis dengan judul Les Chants de I ile a dormir debout le Livre de Centhini (2002). Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa, agar tak punah dan tetap lestari. Serat Centhini disampaikan dalam bentuk tembang atau suluk. Sumahatmaka, R.M.A, dalam buku Ringkasan Centini (Suluk Tambanglaras) PN Balai Pustaka, Cetakan pertama, 1981.menuliskan ,bahwa serat centhini ditulis oleh tiga orang pujangga pada awal abad ke-19 , sekitar 1815. Serat itu berupa tembang Jawa tentang percintaan Amongraga dan Tambangraras. Dalam kitab yang berisi 722 tembang itu banyak membicarakan soal seks dan seksualitas.

© 2024 Vimarsana

vimarsana © 2020. All Rights Reserved.