Respons Hidung
Oleh: Dahlan Iskan
DARI begitu banyak reaksi soal ”Cuci Hidung” (Disway, 19 Juli 2021: Protokol Rakyat), ada tulisan seorang dokter ahli THT yang cukup panjang. Tulisan itu dikirim ke saya lewat ketua IDI Surabaya: Dr dr Brahmana.
Nama ahli THT itu Budi Sutikno. Saya membacanya dengan teliti. Ia sangat kompeten. Ia spesialis THT-KL, konsultan rinologi.
Dokter Budi juga mengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Juga, berdinas di RSUD dr Soetomo, Surabaya.
Baca Juga:
Maka, saya pun memperhatikan respons itu. Dan menggunakannya untuk tulisan hari ini.
”Protokol Rakyat cuci hidung dengan larutan garam fisiologis itu telah dikenal dan digunakan sejak zaman Hindu kuno,” tulis dr Budi. Sebutannya jala neti. Yaitu, larutan garam fisiologis yang dimasukkan ke salah satu lubang hidung dengan bantuan teko kecil.
Respons Hidung
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com
jpnn.com - Dari begitu banyak reaksi soal Cuci Hidung (Protokol Rakyat), ada tulisan seorang dokter ahli THT yang cukup panjang.
Tulisan itu dikirim ke saya lewat ketua IDI Surabaya: Dr dr Brahmana.
Nama ahli THT itu Budi Sutikno. Saya membacanya dengan teliti. Ia sangat kompeten. Ia spesialis THT-KL, konsultan rinologi.
Baca Juga:
Maka, saya pun memperhatikan respons itu. Dan menggunakannya untuk tulisan hari ini.
”Protokol Rakyat cuci hidung dengan larutan garam fisiologis itu telah dikenal dan digunakan sejak zaman Hindu kuno,” tulis dr Budi.
Baca Juga:
Sebutannya jala neti. Yaitu, larutan garam fisiologis yang dimasukkan ke salah satu lubang hidung dengan bantuan teko kecil.