Beratnya Klinik Kecantikan Bertahan di Situasi Pandemi Covid-19
Diperbarui 24 Jul 2021, 07:02 WIB
18
ilustrasi klinik kecantikan | pexels.com/@cottonbro
Liputan6.com, Jakarta - Bisnis klinik kecantikan termasuk yang tak bisa beroperasi maksimal selama pandemi Covid-19. Banyak faktor melatarbelakanginya, termasuk kekhawatiran terinfeksi di klinik, mengingat proses perawatan tak bisa dilakukan tanpa kontak antara pasien dan staf.
Belum lagi pemberlakuan kebijakan yang berubah-ubah. PPKM, misalnya, memaksa klinik kecantikan yang beroperasi di pusat perbelanjaan harus ditutup sementara. Hal itu berdampak pada menurunnya potensi pendapatan bagi pengelola.
Baca Juga
Feriani Chung, Chief Marketing Officer ZAP Clinic, mengaku 22
outlet, atau sekitar 35 persen cabang yang ada, terpaksa ditutup selama PPKM. Padahal, biaya operasional selama pandemi membengkak, seperti pengeluaran tes antigen untuk karyawan dan klien yang datang.
6 Hal Penting dalam Menjaga dan Merawat Masalah Kulit Selama Isoman bisnis.com - get the latest breaking news, showbiz & celebrity photos, sport news & rumours, viral videos and top stories from bisnis.com Daily Mail and Mail on Sunday newspapers.
GEJALA ruam kulit, memang bisa menjadi salah satu tanda tubuh terkena infeksi Covid-19. Tercatat kasus ruan pada kulit terjadi pada sekira 0,2 - 20 persen penderita Covid-19 di seluruh dunia.
Gejala ini, biasanya disertai perdarahan pada kulit berupa ptechiae atau purpura, gatal, rasa terbakar, demam, nyeri otot dan lemas. Lantas, bagaimana Covid-19 bisa menimbulkan masalah pada kulit?
Dermatologis ZAP Clinic dr Novi Junita, M Biomed, SpKK mengatakan, hingga kini belum diketahui secara pasti melalui jalur mana virus Covid-19 bisa menginfeksi kulit. Namun, salah satunya, virus ditengarai masuk melalui saluran nafas dan mukosa, kemudian menyebar ke peredaran darah sistemik atau seluruh tubuh, yang disebut dengan viremia.