Sabtu 03 Jul 2021 09:55 WIB Red: Muhammad Subarkah Foto: Gahetna.nl REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika dan peminat sejarah. Pada Kamis lalu rakyat Indonesia kembali gempar karena mendengar permintaan maaf dari Walikota Amsterdam, Femke Halsema. Dia meminta maaf karena kotanya menjadi salah satu pusat pengendali perbudakan di wilayah kolonial Belanda di berbagai wilayah, termasuk Indonesia yang disebut Hindia Belanda. Tapi pernyataan itu bagi sebagian rakyat Indonesia, terutama mereka yang bergelut dengan sejarah dianggap lucuan dan angin lalu. Tapi di sebagian dari mereka malah menganggap merupakan hinaan dan tamparan. Pernyataan itu tak lebih dari sikap dan pikiran kolianilasi dari si-wali wali kota bahwa dia adalah tuan kulit putih Eropa yang lebih tinggi dari pribumi kulit coklat yang anak jahan.
Sabtu 03 Jul 2021 09:55 WIB Red: Muhammad Subarkah Foto: Gahetna.nl REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika dan peminat sejarah. Pada Kamis lalu rakyat Indonesia kembali gempar karena mendengar permintaan maaf dari Walikota Amsterdam, Femke Halsema. Dia meminta maaf karena kotanya menjadi salah satu pusat pengendali perbudakan di wilayah kolonial Belanda di berbagai wilayah, termasuk Indonesia yang disebut Hindia Belanda. Tapi pernyataan itu bagi sebagian rakyat Indonesia, terutama mereka yang bergelut dengan sejarah dianggap lucuan dan angin lalu. Tapi di sebagian dari mereka malah menganggap merupakan hinaan dan tamparan. Pernyataan itu tak lebih dari sikap dan pikiran kolianilasi dari si-wali wali kota bahwa dia adalah tuan kulit putih Eropa yang lebih tinggi dari pribumi kulit coklat yang anak jahan.