OPEC Sepakat Naikkan Produksi Minyak Mentah, Ini Alasannya Komentar:
Kompas.com - 19/07/2021, 07:10 WIB Bagikan: Dilansir dari
CNBC, Senin (19/7/2021), OPEC+ berencana untuk menormalisasi produksi minyak mentah secara bertahap, dengan target pemangkasan 5,8 juta barrel per hari dihentikan secara total pada September 2022.
Sebelumnya, pada pertengahan tahun lalu OPEC+ memangkas produksi minyak mentah seiring anjloknya permintaan dari berbagai negara yang pada saat itu tengah menerapkan kebijakan pembatasan. Peningkatan produksi akan mulai dilaksanakan pada Agustus mendatang, dengan kenaikan rata-rata 400.000 barrel per hari. Terus menipisnya stok minyak mentah menjadi bukti nyata permintaan terus menumbuh, selaras dengan tren pemulihan ekonomi di berbagai negara. Selain itu, harga minyak mentah sejak awal tahun berada dalam tren penguatan. Harga minyak mentah acuan global, Brent, sejak awal tahun ini telah menguat sekitar 43 persen, sementara jika diband
Harga Minyak Jatuh Menuju Penurunan Terbesar Sejak Maret 2021
Diperbarui 17 Jul 2021, 07:30 WIB
15
Harga minyak cenderung variatif didorong sentimen ketegangan Rusia-Ukraina dan serangan Amerika Serikat ke Irak.
Liputan6.com, Jakarta -Harga minyak turun pada perdagangan Jumat, memperpanjang penurunan dari dua sesi sebelumnya. Harga minyak berada di jalur penurunan mingguan terbesar sejak Maret setelah ekspektasi terhadap pasokan yang lebih banyak memberi tekanan pada pasar.
Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/7/2021), harga minyak mentah Brent naik 28 sen atau 0,4 persen menjadi USD 73,77 per barel, menuju penurunan 3,8 persen minggu ini.
Baca Juga
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS naik 39 sen atau 0,54 persen menjadi USD 72,01 per barel dan berada di jalur penurunan 5,1 persen.
Harga Minyak Tergelincir karena Kekhawatiran Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Global
Diperbarui 13 Jul 2021, 07:38 WIB
13
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)
Liputan6.com, Jakarta -Harga minyak mentah berjangka tergelincir pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta). Penurunan harga minyak ini karena kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Penurunan harga minyak ini juga terjadi di tengah terhentinya pembicaraan pengetatan pasokan minyak mentah oleh negara-negara produsen minyak yang bergabung dalam OPEC serta sekutunya.
Baca Juga
Mengutip
CNBC, Selasa (13/7/2021), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman September turun 0,52 persen dan menetap di USD 75,16 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Agustus menetap di USD 74,10 per barel, turun 0,62 persen.
Harga Minyak Terkoreksi karena Kekhawatiran Ekonomi Imbangi Ketatnya Pasokan Selasa, 13 Juli 2021 | 06:32 WIB Oleh : Whisnu Bagus Prasetyo / WBP
Ilustrasi minyak. (Foto: Dok)
Chicago, Beritasatu.com - Harga minyak mentah berjangka melemah pada Senin (12/7/2021) karena kekhawatiran perlambatan ekonomi global melebihi prospek pengetatan pasokan setelah pembicaraan di antara produsen utama untuk meningkatkan produksi dalam beberapa bulan terhenti.
Minyak mentah Brent pengiriman September turun 0,52% menjadi US$ 75,16 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk Agustus melemah 0,62% menjadi US$ 74,10 per barel. Kedua acuan turun sekitar 1% minggu lalu, tetapi masih mendekati level tertinggi Oktober 2018.
BACA JUGA
corona dan ketidaksetaraan akses vaksin mengancam pemulihan ekonomi global.
Penguatan Harga Minyak Dibayangi Penyebaran Covid-19 Varian Delta
Diperbarui 10 Jul 2021, 08:30 WIB
18
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)
Liputan6.com, JakartaHarga minyak naik untuk hari kedua pada hari Jumat karena data menunjukkan penarikan persediaan AS tetapi menuju kerugian mingguan di tengah ketidakpastian pasokan global setelah kebuntuan OPEC+.
Dikutip dari
CNBC, Sabtu (10/7/2021), harga minyak mentah berjangka Brent menetap 1,93 persen, atau USD 1,43 lebih tinggi pada USD 75,55 per barel. Kontrak berjangka West Texas Intermediate AS menetap 2,22 persen, atau USD 1,62 lebih tinggi pada USD 74,56 per barel.
Baca Juga
Harga di kedua sisi Atlantik berada di jalur untuk penurunan mingguan sekitar 1 persen, terseret oleh runtuhnya pembicaraan produksi antara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu termasuk Rusia, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+.